23/05/08

MaKaN-MaKaN

Makan Siang Gaya Semarangan
Devita Sari - detikfood




Jakarta - Rumah makan yang satu ini memang pas untuk mereka yang sedang kangen berat akan makanan khas Semarang. Dari tahu petis, nasi langgi, semur koyor, hingga lumpia Semarang dapat Anda temui di sini. Pokoknya... uenak tenan!

Jika ditanya tentang makanan khas Semarang, terus terang yang saya tahu hanyalah lumpia Semarang yang terkenal itu. Eits, itu sebelum saya diajak berkunjung ke rumah makan yang ada di bilangan Jakarta Barat ini tentunya. Disini bukan hanya lumpia Semarang, saya pun diperkenalkan dengan aneka penganan Semarang lainnya yang menggoyang lidah.

Menurut teman yang mengajak saya ke sini, 'Waroeng Eddi' ini cukup terkenal sebagai penjual makanan khas Semarang. Tak hanya rasanya yang orisinil namun menu yang ditawarkan pun cukup lengkap, sebut saja tahu petis, nasi langgi, nasi liwet Semarang, mangut atau semur koyor semua komplet.

Waroeng Eddi sendiri sebenarnya memiliki dua cabang yaitu pusatnya yang berada di Jalan Panjang dan satu lagi di bilangan Puri Indah yang sedang kami sambangi ini.

Memasuki area rumah makan ini sebenarnya tidak ada yang istimewa, karena tempatnya kecil, seperti layaknya ruko, sangat sederhana dengan kursi dan meja yang terbuat dari kayu. Sedangkan di dinding restoran terdapat beberapa testimonial dari artis yang pernah mengunjungi rumah makan ini. Termsuk foto bareng pak Eddie sang pemilik warung dengan Mr. Maknyuus, Bondan Winarno!

Daftar menu yang disodorkan masih diperjelas dengan aneka foto berwarna dalam ukuran besar yang ditempel di dinding. Karena sangat ingin tahu rasa makanan Semarangan maka kami memilih beberapa signature dish khas Semarang; bistik galantin dan tahu gimbal udang. Sebagai pembuka tahu petis dan lumpia, serta wedang kacang.

Tak perlu lama menunggu satu demi satu hidangan tersaji di meja. Tahu petis disajikan dalam piring putih panas mengepul. Berisi tahu goreng (sebesar tahu Sumedang) yang dibelah dua dengan isi petis berwarna hitam pekat, berlelehan.

Rasa petis begitu 'nendang' beradu serasi dengan tahu yang lembut dan agak sedikit garing. Menurut teman saya, petis ini bukanlah petis asli tetapi adonan kanji yang diberi tinta cumi plus bawang putih. Karena itu rasanya manis dan lebih encer dari petis asli. Rasa manis gurih tahu petis makin enak saat dikunyah dengan cabai rawit segar. Huahhh... huahh belum apa-apa kami sudah terengah-engah kepedasan.

Lumpia Semarang yang disajikan agak langsing dibandingkan lumpia Semarang yang asli, kurang gendut dan padat. Disajikan panas lengkap dengan acar mentimun plus sasu kecokelatan yang mirip lendir. Rasa rebungnya lumayan segar, hanya saja kulitnya kurang 'crispy'. Meskipun tanpa jejak ebi dan telur orak-arik yang berlimpah lumpia inipun tandas. Dengan Rp 5000,00/buah rasanya cukup sesuai dengan ukuran dan isinya. Apalagi menurut sang pelayan rebungnya langsung didatangkan dari Semarang.

Sajian lain yang menarik dari warung ini adalah Bistik galantin. Bistik ini sebenarnya merupakan pengaruh kuliner Belanda. Adonan ayam dihaluskan bersama bumbu dan roti tawar lalu dibentuk seperti lontong, dikukus dan digoreng.

Di Semarang sendiri galantin cukup terkenal dan banyak dinikmati kaum menengah ke atas. Bistik yang tidak berupa daging utuh ini disajikan dalam ebntuk potongan bundar setebal 0,75 cm dan disajikan berupa dua potong bistik, kentang, irisan wortel, buncis, timun dan daun selada.

Sausnya berupa saus yang agak kecokelatan dengan rasa asam manis. Bistiknya terasa lembut meskipun kurang 'nendang' rasa ayamnya. Sausnya pun terasa kurang sedikit pekat dan sayurannya agak minimalis. Maklum saja harganya dipatok Rp.12.000/porsi.

Setelah sampai di warung Semarang tentu saya tak melewatkan makan tahu gimbal udang. Sajian ini berupa tahu pong (yang tengahnya kosong) goreng dengan gimbal udang, plus telur rebus goreng. Pelengkapnya berupa saus kecap dicampur petis yang encer, sementara bumbu kacangnya ditaburkan di atas tahu gimbal.

Cara makannya, tahu, gimbal udang dan saus harus diaduk jadi satu supaya bumbunya meresap. Setelah itu barulah dinikmati. Wuah...rasanya manis, sedikit gurih plus pedas karena sambal cabai rawit hijau. "Benar-benar 'nendang' dan uenaak," demikian komentar teman saya. Rasa pedas di mulut akhirnya saya padamkan dengan menghirup kuah wedang kacang yang manis. Kacang tanahnya empuk, langsung lumer di lidah saat masuk ke mulut.. Sluururp! Sedap nian!

Meskipun tak bisa dibilang 100% tulen dan enak tetapi warung Eddie bisa jadi alternatif obat kangen Semarang. Apalagi harga yang dipasang tidak terlalu mahal. Bistik gelatin seharga Rp 12.000,- dan tahu petis seharga Rp 2500,-/buah, serta Rp 12.500,- untuk seporsi tahu gimbal udang.

Kapan-kapan kalau lewat daerah Kebon Jeruk mungkin saya mau mampir lagi buat mencicipi nasi goreng babat, babat gongso dan semur koyor yang katanya juga jadi andalan warung ini!

Waroeng Eddi
Jl. Raya Panjang No.64, Arteri Kelapa 2
Jakarta Barat
Telp 021-70385908

Jl. Pesanggrahan Raya No.8A, Puri Kembangan
Jakarta Barat
Telp: 70096248
[dev/Odi]

Tidak ada komentar: